SULSELSATU.com – Teknologi Artificial Intelligence (AI) mulai akrab dan dekat dengan lini kehidupan manusia. Namun, teknologi tidak disebut tidak bisa dikendalikan dan bisa menimbulkan masalah besar.
Dilansir dari detikinet, Jumat (16/2/2024), Profesor Asosiasi Teknik Komputer dan Sains di Speed School of Engineering University of Louisville Roman Yampolskiy menyatakan, dari penelusuran literatur ilmiah yang dicari, tak ada bukti AI dapat dikendalikan.
Peneliti memperingatkan perkembangan AI itu karena khawatir menyebabkan ‘bencana eksistensial’ bagi manusia. Ancaman bencana eksistensial merupakan kondisi di mana manusia tidak mampu mengendalikan perkembangan dari AI.
Baca Juga : Telkom Solution Hadirkan Solusi Digital Inovatif untuk Segmen Market Enterprise Business di Indonesia
“Kita menghadapi suatu kejadian yang hampir dapat dipastikan dengan potensi untuk menyebabkan bencana eksistensial. Tidak heran banyak yang menganggap ini sebagai masalah paling penting yang pernah dihadapi manusia. Hasilnya bisa menjadi kemakmuran atau kepunahan dan nasib alam semesta bergantung pada itu,” ungkap Yampolskiy dikutip dari detikINET.
Dirinya mengatakan, AI sebaiknya tidak dikembangkan tanpa ada dasar kebutuhan yang pasti, walaupun banyak yang memakai dan mengembangkannya.
“Mengapa begitu banyak peneliti yang mengasumsikan bahwa masalah kendali AI dapat dipecahkan? Sejauh pengetahuan kita, tidak ada bukti itu. Sebelum memulai pencarian untuk membangun AI yang terkendali, penting untuk menunjukkan bahwa masalah ini dapat dipecahkan terlebih dahulu,” tegas Yampolskiy.
Baca Juga : Honda CUV e: dan ICON e: Solusi Mobilitas Ramah Lingkungan di Perkotaan, Jarak Tempuh Sampai 80 Km
“Selain lebih baik dikombinasikan dengan statistik yang menyatakan pengembangan AI hampir pasti terjadi, kita sebaiknya terlebih dahulu mendukung usaha keamanan AI yang besar,” imbuhnya.
Yampolskiy berucap jika manusia telah terbiasa menerima jawaban AI tanpa penjelasan dasarnya dan memperlakukan AI seperti sistem Orakel, manusia tidak akan dapat mengetahui mana jawaban yang salah dan mana yang sudah dimanipulasi.
Kemudian seiring dengan kuatnya sistem AI, otonomi mereka akan meningkat sementara kontrol terhadap mereka akan menurun. Ini yang jadi menimbulkan risiko keamanan eksistensial.
Baca Juga : Dua Proyek Smelter HPAL PT Vale Prediksi Rampung 2027, Produksi Nikel Capai 180 Ribu Ton
“Manusia yang kurang cerdas tidak bisa secara permanen mengontrol kecerdasan buatan super yang lebih pintar. Ini bukan karena tidak bisa menentukan cara membuat kecerdasan buatan super yang aman, tetapi karena sebenarnya tidak ada acara yang memungkinkan. Kecerdasan buatan super tidak memberontak, namun dari awal sudah sulit dikendalikan,” tukasnya.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar