SULSELSATU.com, MAKASSAR – Wakil Ketua Umum DPP Golkar Erwin Aksa membuktikan diri tak hanya jago kandang, tapi juga bisa menang di luar kandang.
Erwin Aksa adalah politisi asal Sulsel maju dalam kontestasi Pemilihan Legislatif (Pileg) tingkat DPR RI di Dapil Jakarta 3 lewat Partai Golkar.
Pria kelahiran Makassar, 7 Desember 1975 itu menjadi peraih suara tertinggi dengan perolehan 186.897, mampu mengalahkan Bendahara DPP NasDem Ahmad Sahroni yang hanya meraih 163.292 suara.
Baca Juga : Tutup Kampanye, Appi-Aliyah Gelar Zikir dan Doa Bersama Ribuan Pendukung
Lalu apa resepnya Erwin Aksa bisa menang dengan raihan suara yang sangat mengejutkan? Kepada wartawan di Makassar, putra politisi senior Aksa Mahmud itu blak-blakan.
“Yang paling penting begini, saya kan pendatang bukan orang lokal di Jakarta, jaringan juga tidak banyak banget. Nah, strategi saya dengan melakukan cara kebiasan caleg lain adalah, berpasangan dengan partai lain, saya bukan berpasangan dengan Golkar,” ujar Erwin di Makassar, Sabtu (13/4/2024).
“Saya tandem dengan NasDem, PKB, Gerindra dengan semua partai, itu yang pertama supaya dia bukakan saya pintu,” sambung politisi yang dikenal dekat dengan Prabowo Subianto ini.
Baca Juga : Survei PPI Pilwalkot Makassar 2024: MULIA Sulit Terkejar, SEHATI dan INIMI Saling Salip
Strategi kedua yang dilakukan Erwin adalah, merekrut relawan maupun tim yang militan, dia mengatakan butuh waktu untuk mendapatkan relawan yang benar-benar mental juara.
“Kedua, adalah merekrut relawan yang bisa membawa suara disetiap TPS, itu butuh waktu karena ada yang jujur, kadang ada juga yang nakal,” tutur pria berlatar belakang pengusaha tersebut.
Hal lain yang tatkala penting kata Erwin adalah, rutinitas kegiatan di kalangan masyarakat tak boleh berhenti, agar jalinan tali silaturahmi tetap terbangun.
Baca Juga : Serangan Hoaks dan Fitnah, Paslon MULIA Tetap Santun Tanggapi Isu Negatif
“Tentunya yang paling penting adalah sering membuat kegiatan, misalnya senam pagi dan semacamnya, supaya masyarakat ingin memilih kita. Karena menjadi persoalan itu, 5 tahun sekali yang terpilih itu lari, nah nanti 5 tahun baru datang lagi, makanya banyak yang gagal atau tidak terpilih lagi, karena masyarakat bertanya kenapa lima tahun baru datang lagi,” jelas Erwin.
Dengan status petahana kata Erwin, banyak jalur yang bisa membuat tetap dekat dengan warga yang memilihnya untuk jadi wakil rakyat di parlemen.
“Waktu reses tidak pernah datang lagi, jadi harus sering-sering. Masyarakat itu sederhana saja, kalau sudah terpilih bapak ini masih lihat kita tidak, bapak lari tidak, bapak menghilang tidak. Jadi itu yang menjadi selalu incumbent gagal terpilih lagi karena dia tidak urus warganya,” tuturnya.
Baca Juga : Indikator Unggulkan Pasangan MULIA, Tantang LSI Denny JA Buka Data Survei
Hal lain adalah, kampanye di media sosial, Erwin bilang pola lama dalam berpolitik seiring berjalannya waktu turut berubah, termasuk penggunaan Medsos.
“Tentu media sosial sangat penting, door to door dan logistik juga. Harus berjalan beriringan semua ini agar hasil yang kita dapatkan bisa maksimal sesuai target,” demikian Erwin.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar