OPINI: Tantangan Nakes di Daerah Terpencil, Urgensi Pemenuhan Kebutuhan Dasar untuk Pelayanan Kesehatan Optimal

OPINI: Tantangan Nakes di Daerah Terpencil, Urgensi Pemenuhan Kebutuhan Dasar untuk Pelayanan Kesehatan Optimal

Penulis: Rayjendra Muhammad Asyraf Hargiyanto (Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga)

Beberapa waktu lalu, saya menemukan sebuah konten di TikTok dari akun @soylattays yang membuka mata saya tentang betapa menantangnya memberikan pelayanan kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK). Dalam konten tersebut, seorang tenaga kesehatan (nakes) berbagi kisah sulitnya mendapatkan air bersih saat menjalani internship di DTPK. Melalui kolom komentarnya, sang kreator seolah menyindir Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang kurang memperhatikan kebutuhan dasar para nakes dan tetap mendorong mereka untuk mengabdi di daerah tersebut.

Sebagai mahasiswa kedokteran dari Universitas Airlangga, hal ini sangat meresahkan saya. Saya memahami bahwa jumlah rasio dokter di Indonesia yang masih kurang dan distribusi dokter yang tidak merata merupakan alasan utama Kemenkes mendorong para nakes untuk mengabdi di DTPK. Namun, tanpa pemenuhan kebutuhan dasar yang memadai, bagaimana mungkin para nakes dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal?

Masalah ini bukan hanya soal air bersih. Di banyak DTPK, listrik yang tidak stabil, akses internet yang terbatas, serta peralatan medis dan obat-obatan yang sering kali tidak memadai juga menjadi tantangan sehari-hari. Kondisi ini jelas tidak mendukung para nakes untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, apalagi menjaga kesehatan mereka sendiri. Padahal, kebutuhan dasar seperti air bersih, listrik, dan akses komunikasi adalah hal esensial yang seharusnya dipenuhi untuk menunjang kinerja para nakes.

Pemerintah perlu menyadari bahwa menyediakan kebutuhan dasar ini bukan hanya untuk kesejahteraan nakes, tetapi juga demi kesehatan masyarakat di DTPK. Tenaga kesehatan yang sehat dan nyaman dalam bekerja akan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan efektif. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar mereka diabaikan, bukan tidak mungkin motivasi dan kualitas pelayanan akan menurun.

Lebih lanjut, perhatian pada kebutuhan dasar ini juga dapat meningkatkan minat para lulusan kedokteran untuk mengabdi di DTPK. Banyak mahasiswa kedokteran yang memiliki semangat tinggi untuk mengabdi, tetapi kekhawatiran akan kondisi kerja yang tidak mendukung sering kali menjadi penghalang.

Dengan memastikan bahwa kebutuhan dasar mereka terpenuhi, Kemenkes dapat menarik lebih banyak tenaga kesehatan berkualitas untuk mengabdi di daerah-daerah yang membutuhkan.

Kesimpulannya, penting bagi Kemenkes untuk tidak hanya fokus pada pemerataan tenaga kesehatan, tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Dengan begitu, upaya pemerataan layanan kesehatan di Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan berkelanjutan.

Tenaga kesehatan yang diperlengkapi dengan baik tidak hanya akan bekerja lebih baik, tetapi juga akan lebih termotivasi untuk melayani masyarakat di daerah-daerah yang paling membutuhkan.

Sebagai calon dokter, saya berharap Kemenkes dapat segera mengambil langkah nyata untuk memperbaiki kondisi ini. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia benar-benar merata dan berkualitas.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga