ISEI-BI Gelar Seminar Series Hilirisasi Pangan
SULSELSATU.com, MAKASSAR -Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) bersama Bank Indonesia (BI) menggelar seminar series bersama kalangan akademisi, pelaku usaha, regulator, dan asosiasi profesi diantaranya ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), AFEBI (Asosiasi Fakultas EKonomi dan Bisnis Indonesia).
Kegiatan tersebut diselenggarakan di Ruang Baruga Phinisi lt.4, Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (25/6/2024).
Ketua ISEI Cabang Makassar, Dr. Sultan Suhab mengemukakan bahwa ‘bicara hilirisasi kita tidak bisa terlepas dari pengembangan di hulu’ sebagai kunci kesuksesan hilirisasi, apalagi pangan sangat ditentukan oleh keberhasilan kita dalam membangun hulu.
Hilirisasi pangan tetap sejalan dengan arah pencapaian strategi hilirisasi secara umum, serta dukungan lebih luas untuk pertumbuhan yang inklusif dengan implementasinya yang senantiasa mengacu kepada empat indikator utama, yakni menjadi daya ungkit perekonomian, menjaga inflasi, meningkatkan daya saing, dan mendorong penyerapan tenaga kerja.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Rizki Ernadi Wimanda, PhD mengemukakan Hilirisasi pangan tentu menghadapi berbagai tantangan. Namun, sinergi Bank Indonesia melalui kantor perwakilan, Pemerintah, dan otoritas telah menunjukkan keberhasilan dalam penerapan hilirisasi pangan di sejumlah daerah. Salah satu bentuk sinergi tersebut yaitu melalui kolaborasi pengembangan model bisnis klaster binaan komoditas pangan seperti pembentukan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).
Ia juga mengapresiasi langkah Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) serta Bank Indonesia untuk melakukan penyusunan buku KKP Series 5.0 dan 4.0 sebagai best practice yang dapat menjadi referensi untuk penentuan arah kebijakan strategis ke depan. Menyadari pentingnya peran akademisi dan praktisi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, melalui berbagai temuan, gagasan, sumbangsih pemikiran, dan berbagai masukan/kritik konstruktif. Forum diseminasi, Seminar, dan FGD hari ini kami harapkan dapat memberikan gagasan untuk penyusunan buku KKP 5.0.
Seminar ini dipandu oleh Deputi Direktur Bank Indonesia Institute/Pengurus Pusat ISEI, Donni Fajar Anugrah, PhD . Dihadiri oleh Narasumber yang hadir secara daring M. Firman Hidayat, Plt. Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves RI), yang membahas subtema terkait Hilirisasi Pangan sebagai Daya Ungkit Perekonomian.
Sementara, Prof. Bustanul Arifin, membahas Upaya Peningkatan Hilirisasi Pangan di Indonesia fokus pada Laju inflasi beras, Roadmap Hilirisasi Produk Perkebunan, Perlu investasi besar. Pendalaman Hilirisasi Sulsel, Kopi dan Kelapa Sawit. Hilirisasi dan pembangunan reputasi produk unggulan. Dr. Nimmi Zulbainarni, membahas terkait Upaya Peningkatan Hilirisasi Pangan/Maritim di Indonesia, fokus terkait Tantangan dan Peluang Hilirisasi Pangan di Indonesia, fokus pada potensi perikanan tangkap, kendala dan solusi. Dr. La Tunreng, sekaligus Pelaku Usaha, fokus pada tantangan hilirisasi pangan di Indonesia seperti infrastruktur, akses teknologi, tata kelola, birokrasi, sumber daya manusia, kualitas dan keberlanjutan bahan baku.
Subtema pertama “Hilirisasi Pangan sebagai Daya Ungkit Perekonomian”. dalam mewujudkan hilirisasi pangan diperlukan dukungan yang komprehensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Investasi dalam infrastruktur, teknologi, penelitian, dan pengembangan menjadi kunci dalam mendukung transformasi ini.
Subtema Kedua, “Strategi Pengembangan Hilirisasi Pangan di Indonesia”. menjadi 7 (tujuh) komoditas prioritas dan tahapan implementasinya (pendek, menengah, dan panjang). Adapun 7 (tujuh) komoditas dimaksud terbagi atas hilirisasi pangan, yaitu beras, cabai merah, bawang merah, crude palm oil (CPO) dan tebu, serta hilirisasi pangan/maritim yaitu perikanan dan rumput laut.
Subtema Kedua, “Tantangan dan Peluang Hilirisasi Pangan di Indonesia”, Mencakup perbaikan faktor produksi, pengaturan dan kelembagaan, serta promosi dan akses pasar (3P) untuk memastikan kelancaran dan keberhasilan program. Adapun langkah kebijakan cepat (quickwin) di jangka pendek dalam mendorong hilirisasi pangan, khususnya pada empat komoditas utama seperti beras, cabai, bawang, dan ikan, termasuk implementasi model bisnis, operasionalisasi strategi, dan insentif/pembiayaan. Pendekatan ini diharapkan dapat memberikan dorongan awal yang signifikan dalam meningkatkan hilirisasi pangan di Indonesia.
Pada sesi ke-2, Sesi FGD dipandu oleh Prof. Bustanul Arifin, dan Dr. Nimmi Zulbainarni untuk mempertajam rancangan rekomendasi yang akan dimuat dalam buku Kajian Kebijakan Publik 5.0. Pada sesi FGD terungkap berbagai fakta empiris berkaitan pembagian kewenangan Pemerintah pusat dan daerah, tata kelola bisnis dan industri di bidang pertanian dan kelautan yang membutuhkan perhatian serius dan mendesak untuk memaksimalkan pencapaian target Hilirisasi Pangan yang akan mendorong kemandirian ekonomi dan berpotensi meningkakan kesejahteraan. Pada FGD tersebut juga berkembang isu mengenai koreksi terhadap UU Pemetintah Daerah Tahun 2014 yang mempersempit ruang kewenangan daerah.
Cek berita dan artikel yang lain di Google News