SULSELSATU.com, MAKASSAR – Kota Makassar belakangan ini mengalami kondisi cuaca yang sangat panas, yang semakin dirasakan oleh masyarakat sejak beberapa pekan terakhir.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah IV Kota Makassar melaporkan bahwa suhu panas ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah yang berkaitan dengan musim kemarau yang sedang berlangsung.
Prakirawan BBMKG Wilayah IV Kota Makassar Sittii Nurhayati Hamzah, menjelaskan bahwa kurangnya tutupan awan di langit menjadi salah satu penyebab utama wilayah daratan di Kota Makassar lebih banyak menerima panas dari sinar matahari.
Baca Juga : Gempa Tektonik Berkekuatan 3,6 Magnitudo Guncang Kabupaten Bone
Selain itu, curah hujan yang rendah selama musim kemarau semakin memperparah kondisi, karena tidak hanya meningkatkan suhu, tetapi juga menyebabkan kurangnya cadangan air tanah yang dapat mengurangi kelembapan udara.
“Suhu panas yang terjadi belakangan ini disebabkan karena kita masih mengalami musim kemarau dan kurangnya tutupan awan, sehingga wilayah daratan lebih banyak menerima panas matahari,” ujar Sittii Nurhayati Hamzah, Minggu (21/9/2024).
Ia menambahkan bahwa posisi matahari juga mempengaruhi intensitas panas di wilayah ini. Pada tanggal 23 September 2024, posisi matahari tepat berada di ekuator.
Baca Juga : BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan di Makassar pada Desember-Februari 2020
“Setelah itu, matahari akan bergerak menuju Belahan Bumi Selatan (BBS), sehingga diperkirakan cuaca panas ini akan berlanjut hingga bulan Oktober,” jelasnya.
Sittii Nurhayati Hamzah menambahkan bahwa posisi matahari yang berada di garis ekuator turut meningkatkan intensitas panas yang dirasakan oleh warga. Letak geografis juga memainkan peran penting dalam meningkatnya suhu udara.
“Situasinya saling mendukung, pada saat musim kemarau dan posisi matahari berada di ekuator, wilayah kita yang sangat dekat dengan garis ekuator semakin banyak menerima panas dari matahari. Akibatnya, suhu udara meningkat secara signifikan,” paparnya.
Sejauh ini, BBMKG terus memantau perubahan suhu harian. Pengamatan tersebut menunjukkan adanya tren peningkatan suhu, meskipun masih dalam batas yang dapat diantisipasi.
“Dari pantauan, suhu harian masih berkisar antara 34°C – 36°C, namun tidak menutup kemungkinan bisa mencapai 37°C,” jelasnya.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap kondisi cuaca yang ekstrem ini. Masyarakat disarankan untuk meningkatkan asupan cairan guna mencegah dehidrasi dan mengurangi aktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hari.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk lebih bijak dalam menggunakan air, mengingat potensi kekeringan akibat rendahnya curah hujan selama musim kemarau ini. (*)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar