Memenuhi Asupan Protein, Meningkatkan Gizi Masyarakat

Memenuhi Asupan Protein, Meningkatkan Gizi Masyarakat

Tiap orang tua akan berusahan memberikan yang terbaik kepada anaknya. Termasuk untuk kebutuhan protein bagi tumbuh kembang sang buah hati.

SULSELSATU.com, SUNGGUMINASA – Muh Gibran lahir dalam kondisi normal pada 31 Januari 2022 lalu. Ia merupakan buah hati dari pasangan suami istri (pasutri) muda Junaedi dan Haspira.

Kehadiran Gibran disambut suka cita oleh keluarga dan kerabat kedua orang tuanya. Ia menjadi anggota baru keluarga kecil yang menetap di Dusun Watu-watu, Desa Julupa’mai, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulsel.

Ketika lahir, Gibran memiliki bobot normal, seperti bayi pada umumnya. Bagitupun anggota badannya yang lengkap. Nafsu makannya juga demikian, lahap. Oleh ibunya, ia diberi air susu (ASI) eksklusif dan makanan pendamping ketika usianya mencapai enam bulan.

Lambat laun ketika umur Gibran menginjak setahun, pertumbuhannya mulai melambat. Berat badannya naik tidak signifikan. Tidak sesuai kurva pertumbuhan. Kadang kala, ketika masa penimbangan di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) tiap bulannya, beratnya justru turun.

Kendati demikian Gibran tumbuh menjadi anak periang. Ia supel ketika bermain dengan anak-anak yang seumuran dengannya atau lebih dewasa darinya. Tingkah lakunya pun kadang kala membuat orang tuanya atau orang dewasa tergelak tawanya.

Ketika bermain tersebut, secara kasat mata, tampak postur tubuh Gibran lebih kecil dari anak seusianya. Baik bobot maupun tinggi badannya. Belakangan, oleh petugas kesehatan di desa, Gibran didiagnosa mengalami gizi kurang.

Petugas kesehatan pun memasukkan Gibran dalam daftar untuk mendapat perhatian khusus. Ia juga menjadi penerima program pemberian makanan tambahan (PMT) yang digalakkan pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Gowa melalui Tim Penggerak PKK setempat.

“Ada makanan tambahan bergizi yang diberikan oleh orang (PKK/Pemerintah) desa setiap berapa hari sekali,” ucap Haspira, singkat.

Makanan tambahan yang diberikan tersebut beragam. Haspira tak mengingat secara spesifik makanan apa saja. Namun yang tertinggal diingatannya seperti daging-dagingan dan telur. Kadang pula kudapan, seperti roti dan susu.

Dalam program PMT itu kata Haspira, ia tidak hanya diberikan makanan tambahan, namun juga diikutkan dalam kegiatan edukasi, penyuluhan, konseling gizi dan kesehatan agar dapat mempercepat proses perubahan perilaku ibu dan keluarga.

“Mereka memberi tahu cara dalam pemberian makan yang tepat sesuai dengan umur, penyiapan makanan, pemilihan jenis makanan yang cocok,” ujar Haspira lagi.

Haspira membantah jika dianggap tidak peduli dengan kondisi anak semata wayangnya itu, atau membiarkannya tumbuh seadanya. Ia mengaku berusaha memberikan makanan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan. Termasuk pemenuhan asupan protein hewani dari daging-dagingan.

Seorang konsumen memilih makanan olahan produk So Good Food di salah satu minimarket di Kota Makassar. Foto: Sri Wahyu Diastuti / Sulselsatucom.

Namun ia mengakui, keterbatasan informasi membuatnya abai terhadap gizi yang dibutuhkan oleh anak. Ditambah lagi Haspira dan keluarganya tinggal di desa yang terletak belasan kilometer dari pusat kota.

Di sana, aktivitas perdagan pada pasar terdekat hanya berlangsung dua kali dalam sepekan. Makanya, ia hanya bisa berbelanja kebutuhan dapur pada dua hari itu.

Di sisi lain, Gibran merupakan anak yang cukup pemilih dalam makanan. Makanya, ia kadang kala menolak memakan makanan olahan daging yang sejatinya penting bagi perbaikan gizinya. Beruntung, seorang kerabat memberitahunya makanan olahan Crispy Chicken Nugget produksi So Good Food, salah satu merek dagang PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

“Awalnya hanya dibelikan oleh sepupu di minimarket, anakku coba-coba, ternyata suka,” cerita Haspira tentang pengenalan Gibran Crispy Chicken Nugget.

Haspira tidak begitu mengerti mengapa anaknya menyukai makanan ini. Namun yang ia ketahui, kudapan ini dibuat dari daging dada ayam dengan kandungan protein dan Omega 3.

“Di situ dijelaskan kalau ini mengandung protein merupakan salah satu komponen esensial dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, juga bermanfaat untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh,” Haspira mengakhiri.

Ahli Gizi dari Universitas Indonesia (UI) Prof Sandra Fikawati menjelaskan bahwa saat ini generasi penerus Indonesia dihadapkan dengan persoalan gizi yang cukup serius. Salah satunya stunting. Berdasarkan pada beberapa hasil riset, memang terjadi penurunan kasus dari tahun ke tahun, namun pergerakannya sangat sedikit.

“Stunting di Indonesia menunjukkan tren penurunan, tapi angka itu masih tinggi dan menjadi masalah di kesehatan masyarakat, walau menurun tapi tidak signifikan. Makanya kita berusaha untuk menurunkannya lagi. Target penurunan stunting itu menjadi 14 persen pada 2024,” beber Prof Sandra dalam dialog yang digelar Japfa.

Menurut Prof Sandra, penyebab stunting itu multifaktor, bahkan di beberapa daerah berbeda-beda, makanya tidak mudah untuk diatasi. Kendati demikian, penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua, yakni langsung dan tidak langsung.

“Namun yang agak kuran menjadi perhatian saat ini adalah penyebab langsung. Penyebab langsung ada dua, penyakit dan asupan makan. Selama ini perhatian masalah tidak langsung sudah banyak diberikan, tetapi masalah langsung ini yang masih kurang, terutama asupan makan,” kata dia.

Pemerintah sendiri menurut dia baru memberikan perhatian pada masalah langsung stunting pada 2022. Kendati terlambat, itu merupakan sesuatu yang baik, dengan fokus pada pemberian makanan kepada anak.

Prof Sandra juga membeberkan bahwa protein nabati dan hewani sama. Padahal sejatinya berbeda. Untuk pertumbuhan dibutuhkan asam amino esensial yang lebih lengkap, dibandingkan yang bukan untuk pertumbuhan. Untuk mendapatkan asam amino esensial yang lengkap bisa didapatkan dari protein hewani.

“Maka kalau kita punya target menurunkan stunting tidak bisa lepas dari mencoba semaksial mungkin makanan yang mengandung protein hewani, sehingga asam amio esensial yang didapat untuk anak menjadi cukup lengkap,” beber dia lagi.

Dia menegaskan, banyak hasil peneiltian yang menunjukkan bahwa kekurangan asam amino esensial, itu akan mengurangi laju pertumbuhan. Nah asam amino esensial yang lengkap dapat didapatkan berbagai macam, ayam sapi, kambing, ikan, telur, harus didapat supaya saling melengkapi.

Prof Sandra yang juga dosen dan guru besar FKM UI ini juga menjabarkan peran penting protein tidak dapat dilewatkan. Manusia menurut dia membutuhkan 20 jenis asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.

“Sembilan dari 20 jenis asam amino esensial harus didapatkan dari makanan. Protein hewani memiliki asam amino esensial yang lebih lengkap dibanding protein nabati. Selain itu, pangan hewani memiliki kandungan vitamin dan mineral yang beragam,” ujar Prof Fika.

Menurutnya, sudah saatnya untuk memikirkan kembali pentingnya kebutuhan protein dan mengembalikan masalah kekurangan protein dalam agenda kesehatan. Terlebih, banyak ditemui kasus dari hasil studi yang menunjukkan anak-anak menderita kekurangan protein bahkan mengalami stunting atau tengkes.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga