Potensi energi terbarukan Indonesia melimpah ruah. Jika dimanfaatkan maksimal, ia tidak hanya menjaga bumi untuk masa depan, tetapi juga memberi keuntungan finansial saat ini.
SULSELSATU.com, MAKASSAR – Sri Wahyuni baru saja tiba di Parkiran Motor Trans Studio Mall (TSM) Kota Makassar di Jalan Metro Tanjung Bunga, siang itu, Rabu 18 September. Setelah mematikan motor, ia buru-buru masuk dari pintu barat mal.
Maklum saja, siang itu matahari sangat terik. Panasnya menyengat. Kondisi itu berlangsung selama September di sebagian besar wilayah Indonesia. Penyebabnya, posisi matahari tepat berada di ekuator. Kemudian posisi matahari bergerak menuju BBS (Belahan Bumi Selatan).
Baca Juga : Lost In Magical Park: Treasure Hunt NIPAH PARK Sukses Memberikan Sensasi Petualangan Dunia Magis
Di dalam mal, Wahyuni tidak hanya berteduh dari sengatan matahari. Ia sekaligus menikmati sejuknya udara yang dihasilkan mesin pendingin. Wahyuni tidak sendiri, siang itu, ribuan pengunjung juga merasakan yang sama.
Hanya saja, Wahyuni dan banyak pengunjung tersebut barangkali tidak menyadari bahwa udara dingin dari air conditioner (AC) itu salah satu sumber energinya adalah panas matahari dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Ya, TSM Makassar memiliki PLTS yang diletakkan di atap. Pembangkit listrik ini memiliki 4.832 unit panel surya yang mampu menghasilkan energi sekitar 3,7 juta kWh setiap tahun.
Baca Juga : Late Nite Shopping TSM Makassar Siapkan Diskon Hingga 70 Persen
“Setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 3,3 juta kilogram. Untuk memberikan gambaran, pengurangan emisi ini setara dengan penanaman lebih dari 44 ribu pohon,” ucap Founder & Chairman CT Corp, Chairul Tanjung saat meresmikan PLTS ini 8 Agustus 2024.
Menurut Public Relations Executive TSM Makassar Rizky Maulidiana Haris, PLTS atap ini berkontribusi sekitar 10 persen dari total daya listrik yang terpasang di TSM Makassar. Namun, jumlah penghematan biaya listrik per bulan dapat bervariasi, tergantung pada kondisi cuaca dan seberapa optimal energi surya yang bisa dimanfaatkan.
“Faktor cuaca sangat memengaruhi efisiensi produksi listrik dari PLTS ini,” ucap Kiki, sapaan Rizky Maulida, Rabu 2 Oktober via telepon seluler.
Baca Juga : 28 Tim Meriahkan Kompetisi Mobile Legends Lagi-Lagi E-Sport Volume 2 di NIPAH PARK
Kiki menyampaikan, langkah penerapan PLTS atap ini tidak hanya membuktikan komitmen TSM terhadap penggunaan energi terbarukan, tetapi juga menjadi bagian dari upaya berkelanjutan dalam mendukung praktik ramah lingkungan.
Dengan mengadopsi energi surya, Trans Studio Mall Makassar secara aktif berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon, membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih.
“Selain itu, kami turut mendukung masa depan yang lebih berkelanjutan, baik bagi lingkungan maupun masyarakat, dengan memastikan bahwa energi yang digunakan lebih efisien dan lebih ramah lingkungan,” sambung Kiki.
Baca Juga : Parkir Lebih Murah di MaRI, NIPAH Park dan Wisma Kalla Pakai Kallafriends
Keberhasilan penerapan PLTS Atap ini melengkapi rangkaian inisiatif pelestarian lingkungan yang sudah diterapkan oleh Trans Mall Group, seperti penggunaan lampu hemat energi, pendingin ruangan berbasis water cooling, pengelolaan sampah mandiri, serta pengelolaan ruang terbuka hijau.
“Kami akan terus mengembangkan dan menerapkan inovasi-inovasi baru dalam energi bersih untuk mendukung upaya global dalam mengurangi dampak perubahan iklim,” pungkas Kiki.
Di Kota Makassar, inisiatif terhadap penggunaan energ terbarukan tidak hanya dilakukan TSM Makassar. Langkah tersebut juga dilakukan anak usaha Kalla Group.
Bersama Suryanesia, KALLA menandatangani perjanjian pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pengoperasiannya akan dilakukan di lingkup unit bisnis KALLA, antara lain Nipah Park dan Kalla Toyota Gowa yang akan dimulai tahun ini.
Melalui pemanfaatan PLTS atap, KALLA akan dapat menghasilkan energi bersih sebesar 543.127 kWh dan mengurangi jejak karbon sebesar 426.355 ton CO2e setiap tahunnya.
Pemanfaatkan energi bersih tersebut merupakan pengejawantahan akan komitmen KALLA dalam membangun bisnis yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan dampak lingkungan dan sosial yang positif.
PLTS atap itu sendiri merupakan contoh terkini dari beragam kebijakan serta program Environmental, Social, and Governance (ESG) perusahaan.
“Kerja sama pemanfaatan PLTS ini merupakan salah satu bagian dari renewable energy dari KALLA. Dengan begitu, komitmen kita terhadap renewable energy tidak perlu diragukan lagi,” ungkap Zumadi, 8 September lalu.
Zumadi menyebutkan, KALLA sebelumnya juga sudah punya PLTA Poso dengan kapasitas 515 Mega Watt, kemudian ada juga di PLTA Kerinci dan pada beberapa wilayah lainnya.
CEO dari Suryanesia Rheza R. Adhihusada menjelaskan, Suryanesia berterima kasih atas kepercayaan yang diberikan KALLA.
“Dengan solusi Solar-as-a-Service dari Suryanesia, KALLA dapat memanfaatkan energi surya sebagai energi bersih tanpa belanja modal dan tanpa repot. Sebab, Suryanesia akan bertanggung jawab penuh terhadap pendanaan, perizinan, pembangunan, pengoperasian hingga pemeliharaan PLTS atap,” ujarnya.
Selain di NIPAH Park dan Kalla Toyota Gowa, Suryanesia juga mengoperasikan PLTS atap di Gaia Bumi Raya City, Plaza IBCC, dan lokasi lainnya.
Public Relations Assistant Manager KALLA Land & Property menyampaikan PLTS di Nipah Park, Jalan Urip Sumoharjo jika sudah beroperasi akan mampu menutupi 10 sampai 15 persen kebutuhan listrik harian mal.
Dalam Outlook Energi Indonesia (OEI) 2023 yang diterbitkan Dewan Energi Nasional (DEN), Indonesia punya enam jenis sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik. Masing-masing laut, panas bumi, bioenergi, bayu, hidro, dan surya.
Keenam jenis energi terbarukan ini memiliki potensi energi yang cukup besar. Laut dengan potensi 63 GigaWatt (GW), panas bumi 23 GW, bioenergi 57 GW, bayu 155 GW, hidro 95 GW, dan surya 3.294 GW. Total potensi 3.687 GW dengan persentase pemanfaatan masih di bawah satu persen atau 0,30 persen.
Dalam laporan itu dijelaskan, minimnya pemanfaatan energi terbarukan untuk ketenagalistrikan, disebabkan masih relatif tingginya harga listrik dari pembangkit berbasis energi terbarukan, sehingga sulit bersaing dengan pembangkit fosil
terutama batubara.
Selain itu, nilai investasi energi terbarukan masih tinggi akibat masih kurangnya dukungan industri dalam negeri terkait komponen pembangkit energi terbarukan serta masih sulitnya mendapatkan pendanaan berbunga rendah.
Sebagai negara tropis dengan kondisi sinar matahari yang terus bersinar sepanjang tahun di berbagai wilayah, menjadikan Indonesia memiliki potensi besar bagi pengembangan PLTS. Berdasarkan pemutakhiran data energi surya pada 2021, potensi energi surya mencapai 3.294,4 GW.
Pemutakhiran tersebut berfokus pada metode perhitungan potensi surya berdasarkan klasifikasi intensitas radiasi mulai dari 3,75 kWh/m2/hari dan disaring dengan peta tutupan lahan (pemukiman, tanah terbuka, dan savana) tidak termasuk protected area. Selain itu diperhitungkan juga potensi PLTS Terapung.
Berdasarkan data per provinsi, potensi surya terbesar berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Riau dan Sumatera Selatan. Adapun di Pulau Sulawesi, Provinsi Sultra mendominasi dengan potensi 85,0 GWp (Gigawatt-peak), menyusul Sulsel 60,4 GWp, Sulteng 39,4 GWp, Sulbar 19,8 GWp, dan Sulut 12,0 GWp.
Sri Wahyu Diastuti
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar