Pompa Air Konversi BBG Jaga Produksi Pertanian Warga Palompong di Tengah Hantaman Kemarau

Pompa Air Konversi BBG Jaga Produksi Pertanian Warga Palompong di Tengah Hantaman Kemarau

Mesin pompa air berbahan bakar LPG 3 kilogram berhasil menjaga produksi pertanian tetap optimal saat kemarau. Di saat bersamaan, ia juga melindungi kantong petani sekaligus kualitas udara

SULSELSATU.com, MAKASSAR – Musim kemarau berlangsung lebih panjang tahun ini. Di beberapa wilayah Indonesia, sumber-sumber air mengering. Bagi petani dan pekebun, kondisi ini jelas menjadi momok. Gagal panen hingga menurunnya produksi pertanian terpampang di depan mata.

Hanya saja, petani dan pekebun di Desa Palompong, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) bisa mengatasi persoalan ini. Bermodal sumur di area pertanian dan mesin pompa air konversi bahan bakar gas (BBG), produksi pertanian dan kebun terjaga. Bahkan melimpah.

Desa Palompong terletak jauh di selatan Ibu Kota Kabupaten Gowa. Di sini, sumber pendapatan masyarakat didominasi hasil pertanian dan perkebunan. Dari padi hingga tanaman palawija, seperti jagung, sayur mayur, kacang-kacangan, hingga umbi-umbian. Daerah ini juga penghasil rambutan berbagai jenis dan jambu air.

Pada beberapa lahan pertanian maupun perkebunan itu, terdapat lubang-lubang sumur bor mesin. Ada juga sumur galian manual. Air dari sanalah yang dipompa untuk mengairi lahan-lahan. Khususnya lahan yang mengering akibat kemarau. Seperti halnya tahun ini.

Menariknya, masyarakat di sini tidak lagi menggunakan mesin air konvensional berbahan bakar minyak. Melainkan, mesin konversi berbahan bakar gas LPG 3 kilogram atau gas melon. Jika beruntung, suara dari mesin-mesin pompa air BBG ini bisa didengar bersahut-sahutan ketika kemarau melanda.

Nawir bersiap menurunkan mesin pompa air konversi BBG dari motor. Foto: Sri Wahyu Diastuti / Sulselsatu.com.

Salah satu petani sekaligus pekebun yang menggunakan pompa air BBG adalah Muh Nawir (31). Nawir mengelola sejumlah petak lahan. Di atas lahan-lahan tersebut, ia menanam padi, jagung, rambutan, hingga umbi-umbian. SULSELSATU.com melihat langsung bagaimana Nawir mengaplikasikan mesin pompa air BBG ketika hendak mengairi kebun jagungnya.

Siang itu, Rabu 30 Oktober 2024 memang cukup terik. Beberapa hari hujan tidak turun. Tanah mengering. Makanya Nawir memutuskan untuk mengairi kebunnya yang seluas 20 are itu. Tampak bagaimana ia memasang mesin dan gas LPG 3 kg dengan cekatan.

“Gampang ji, seperti pasang gas di rumah,” celetuk Nawir.

Nawir memasang regulator ke gas yang terhubung ke mesin. Ia lalu menarik tuas, membuat mesin menderu. Sesekali ia memasukkan air dari lubang intake. Berselang beberapa waktu, air menyembur deras membasahi lahan-lahan yang kering.

Nawir akan membiarkan mesinnya menyala untuk beberapa saat, membuat airnya terkonsentrasi pada satu titik, hingga limpasannya mengali ke tempat lain. Namun jika ingin mengalirkan airnya ke tempat lebih jauh, Nawir akan menggunakan selang berukuran besar sepanjang puluhan meter.

Nawir mengelola lahan sawah seluas 20 are dan kebun jagung 20 are. Ia juga memiliki lahan kebun rambutan dengan luas 10 are.

Meski sendiri, Nawir bisa membawa mesin pompa air konversi BBG di pundaknya sambil menenteng gas elpiji 3 kg. Foto: Sri Wahyu Diastuti / Sulselsatu.com.

Nawir bilang, menggunakan BBG pada mesin pompa air lebih efisien. Perbandingannya ketika menggunakan bahan bakar minyak sangat timpang. Makanya, ia bisa menghemat biaya operasional namun hasil produksi tetap optimal.

“Satu gas 3 kg itu bisa mengaliri lahan kebun seluas 20 are. Biasa kalau bensin bisa sampai 5 liter sekali untuk lahan itu,” kata pria dua anak itu.

Ditambah lagi gas LPG 3 kilogram merupakan barang yang sangat mudah diperoleh di sini. Hampir tidak pernah ada kelangkaan. Di tiap toko kelontong, ada LPG 3 kilogram dijual. Di wilayah itu, juga ada beberapa agen resmi penyalur gas LPG 3 kilogram.

Tahun ini, meski musim kemarau kembali melanda, Nawir bisa membuat sawah dan kebunnya tetap produktif. Untuk sawah, ia sudah panen selama tiga kali. Tentu berkah pompa air BBG ini katanya.

Selain sawah, kebun rambutan miliknya juga berhasil panen. Kebun rambutan seluas 10 are itu sudah berhasil panen. Hasilnya sampai 800 kilogram.

Di dalam area seluas 10 are itu, Nawir memiliki 16 pohon rambutan. Setiap pohon mampu menghasilkan sampai 50 kilogram buah rambutan.

Setelah mesin pompa air konversi BBG terpasang dengan elpiji, Nawir bersiap menyalakan mesin pompa tersebut. Foto: Sri Wahyu Diastuti / Sulselsatu.com.

“Itu kemarin panen akhir Juni. Saat itu memang musim kemarau, tapi pohon rambutan bisa berbuah karena selalu dialiri pakai pompa air BBG. Alhamdulillah, bisa mendapatkan hasilnya,” kata Nawir.

Dari hasil panen rambutan itu, Nawir akhirnya mampu membangun rumah untuk keluarganya. Ia membangun rumah di kampung istrinya, Desa Lantang, Kabupaten Takalar.

“Hasil jual rambutan sudah jadi rumah. Biar belum selesai semua, tapi rumahnya sudah berdiri, sudah bisa ditinggali,” ujarnya.

Saat ini kata Nawir, pohon rambutan miliknya kembali berbunga. Bersiap untuk selalu dialiri lagi dengan air agar bisa panen melipah.

Gagal panen bukan lagi ketakutan petani meski berada di tengah musim kemarau panjang. Bukan hanya rambutan yang berhasil panen, sawah milik Nawir seluasa 20 are juga berhasil.

Jelang akhir tahun ini, ia sudah masuk musim tanam ketiga. Dua periode ia telah lalui dan berhasil mendapatkan 30 karung gabah.

“Kalau sawah sudah tiga masa panen ketiga ini, jadi setahun bisa tiga kali. Kalau di kebung kadang diisi dengan berbagai tanaman palawija, seperti jagung, singkong, lombok, dan sayur lainnya. Intinya kalau berkebun tidak takut lagi kekeringan sampai gagal panen,” ujarnya.

Rasa lega usai air keluar dari mesin air dan mengalir perlahan ke kebun miliknya yang saat ini tengah ditanami jagung. Foto: Sri Wahyu Diastuti / Sulselsatu.com.

Nawir menyambung hidup istri dan kedua anaknya dari hasil panen sawah dan kebun miliknya. Setelah berhenti di salah satu perusahaan motor, ia kini fokus bekerja sebagai petani.

Kemudahan dan keuntungan saat beralih menggunakan BBG juga dirasakan Daeng Sewang. Petani asal Desa Julupamai Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.

Daeng Sewang yang memiliki sawah seluas 5 are juga sudah masuk musim panen ketiga jelang akhir tahun ini.

“Sudah tidak khawatir lagi karena ada mesin pompa air konversi BBG ini. Kalau tidak hujan, kita pakai mesin pompa air gas,” katanya.

Sawah seluas itu, Daeng Sewang bisa mendapatkan sekitar 8-12 karung gabah. Setiap karung beratnya rata-rata 50 kg.

Kalau satu tahun bisa panen sampai tiga kali, Daeng Sewang bisa mendapatkan 1.200 kg gabah.

“Hasilnya itu, biasanya di sebagian dijual untuk kebutuhan lain, dan sisanya disimpan agar bisa mencukupi kebutuhan keluarga sampai masa panen selanjutnya,” ujarnya.

Konversi BBM ke BBG ini mulai dijalankan Pertamina pada pertengahan tahun 2020 lalu.

Nawir berdiri mengamati mesin pompa air yang akan mengaliri kebun jagung miliknya. Foto: Sri Wahyu Diastuti / Sulselsatu.com.

Tepatnya saat Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi (Ditjen) Migas menugaskan Pertamina untuk menjalankan tugas konversi BBM ke BBG untuk nelayan sasaran dan petani sasaran.

Untuk itu, Pertamina melakukan penandatanganan surat perjanjian pelaksanaan pekerjaan konversi BBM ke BBG. Penandatanganan bertempat di Gedung Ibnu Sutowo, Jakarta Selatan, pada Selasa, 4 Agustus 2020.

Vice President LPG Sales PT Pertamina (Persero) Primarini mengatakan, penandatanganan itu merupakan komitmen Pertamina dalam mendukung penyediaan energi bagi masyarakat, khususnya nelayan dan petani.

“Itu merupakan komitmen Pertamina untuk mendukung penyediaan energi untuk masyarakat yaitu energi yang berkualitas. Harapannya kami bisa melaksanakan penugasan dengan sebaik-baiknya, on target, on budget, dan masyarakat bisa menggunakannya dengan baik,” tutupnya.

PT Pertamina (Persero) semakin kesini terus memperkenalkan inovasi baru yang menggunakan BBG. Terbaru ini, PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina kembali menampilkan produk GasKu yakni bahan bakar gas (BBG) untuk kendaraan yang ramah lingkungan.

Inovasi ini ditampilkan PT PGN Tbk di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024. GasKu merupakan merek produk BBG berbasis Compressed Natural Gas (CNG) yang dikelola oleh Anak Perusahaan PGN yaitu PT Gagas Energi Indonesia (Gagas).

“GasKu merupakan produk yang diciptakan SH Gas untuk mendukung program pemerintah terkait konversi BBM ke BBG. Produk ini juga lebih ramah lingkungan sehingga bisa jadi energi alternatif kendaraan yang rendah emisi. Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, emisi yang dihasilkan GasKu 25 – 35 persen lebih rendah,” ujar Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN Harry Budi Sidharta dalam kunjungannya di Booth Pertamina IIMS 2024 pada Kamis (15/2/2024).

GasKu untuk kendaraan ramah lingkungan memiliki pelanggan yang didominasi oleh angkutan umum seperti bajaj, angkot, bis kota, taksi dan kendaraan operasional BUMN dan Pemda.

Keuntungan menggunakan GasKu yang lebih rendah emisi dapat membuat mesin menjadi lebih bersih. Selain itu, bau asap tidak menyengat.

Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama menjelaskan, mendukung berbagai pihak yang ingin mendapatkan manfaat dari penggunaan BBG melalui pengoperasian fasilitas pengisian BBG secara optimal.

Seperti Blue Bird kata Rachmat sebagai perusahaan taksi konvensional yang sebagian armadanya menggunakan bahan bakar gas, mengingat sifatnya yang ramah lingkungan, aman dan ekonomis.

“Ada juga beberapa pengemudi taksi online serta transportasi publik lain seperti bajaj biru,” ujar Rachmat Hutama.

Selain lebih ramah lingkungan, pemakaian GasKu juga lebih efisien dengan harga Rp4.500 per Liter Setara Premium (LSP), dengan sumber gas yang berasal dari domestik, sehingga harganya lebih terjangkau.

Pelanggan dapat menghemat pemakaian biaya energi sekitar 50 persen. Performa dari penggunaan GasKu pun setara dengan penggunaan BBM pada kendaraan bermotor.

Saat ini, Pertamina telah mengarah ke ESG dan NZE dengan menghadirkan energi-energi yang ramah lingkungan salah satunya bahan bakar gas. “Ini saatnya mengisi transisi energi menuju NZE menggunakan energi-energi ramah lingkungan tersebut,” imbuh Rachmat.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan, di era transisi energi, Pertamina juga mengusung gas menjadi bahan bakar transisi yang rendah emisi dan dapat digunakan untuk mendukung sektor transportasi publik.

“Penggunaan gas dapat berkontribusi untuk mengurangi emisi karbon yang menjadi komitmen Pertamina dalam mencapai target Net Zero Emission,” tandas Fadjar.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News

Berita Terkait
Baca Juga