SULSELSATU.com, MAKASSAR – Para kader Partai Golkar Makassar yang tergabung dalam Relawan Golkar Lama (Golla) memutuskan untuk mengalihkan pasangan Andi Seto Gadhista Asapa dan Rezki Mulfiati Lutfi (Sehati) di Pilkada Makassar. Sejak bergabung pada akhir Oktober, mereka hingga kini aktif dalam kampanye Tim Pemenangan Sehati.
Mereka secara bergiliran mengumpulkan relawan militannya per kelurahan untuk bersama-sama bergerak memenangkan pasangan Seto-Rezki yang diusung Partai Gerindra, Nasdem, PAN, dan PSI. Apa saja alasan mereka tidak berada di barisan pemenangan koalisi Partai Golkar yang mengusung pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika (Mulia)?
Rasa kecewa terhadap kepemimpinan Munafri Arifuddin di Partai Golkar Makassar menjadi salah satu alasan penting dalam peralihan dukungan ini. Banyak kader Golkar yang selama ini loyal merasa tidak diakomodasi dalam kepengurusan di bawah kepemimpinan Appi. Mereka merasa terabaikan dan kurang mendapat ruang untuk berperan.
“Kita punya basis massa dan militan. Awalnya kita mau jadi penonton di Pilkada Makassar, tetapi ada Seto-Rezki yang membuka pintu dan mengakomodir kita,” ucap mantan Pimpinan Kecamatan (Pincam) Ujung Pandang, Ina Parenrengi, pada Rabu (6/11/2024).
Senada disampaikan Mantan Pincam Manggala, Andi Besse Ferial. Perempuan yang akrab disapa Nena ini mengatakan, ada banyak kader Golkar yang tidak dipakai dalam kepengurusan Appi. Kondisi ini yang membuat mereka memilih bergabung ke Tim Pemenangan Pasangan Sehati.
“Seto-Rezki mempercayai kami para Relawan Golla. Kita sambut baik dan terus berjalan sampai saat ini,” tegas Nena.
Alasan lainnya adalah, pasangan Sehati merupakan kriteria pemimpin berpengalaman yang dinilai lebih memenuhi kebutuhan Makassar saat ini. Menurutnya, pengalaman menjadi faktor kunci dalam memilih pemimpin.
Seto memiliki rekam jejak sebagai Bupati Sinjai periode 2018-2023 dan Rezki Mulfiati Lutfi sudah dua kali terpilih sebagai anggota DPRD Sulsel. Kombinasi pengalaman di eksekutif dan legislatif ini sangat layak memimpin Kota Makassar selama lima tahun ke depan.
“Makassar butuh pemimpin yang berpengalaman. Dari semua calon, hanya Seto yang memiliki pengalaman sebagai kepala daerah,” pungkas Nena.
Sebelumnya, Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas), Ali Armunanto menilai, perpecahan dukungan di internal Golkar Makassar berpotensi menurunkan elektabilitas Munafri alias Appi. Apalagi, Golkar merupakan parpol pengusung utama pasangan Mulia di Pilkada Makassar.
“Ini akan mengganggu pergerakan mesin parpol Appi karena kita tahu (parpol) pengusung utama Appi-Aliyah itu Golkar. Apalagi diharapkan leading dalam kampanye itu Golkar mesin parpolnya,” kata Ali, pada Sabtu (2/11/2024).
Ali beranggapan, perpecahan dukungan ini akan berimbas kepada mesin politik Partai Golkar dan akan mengganggu kerja-kerja pemenangan. Peralihan dukungan ini turut berpotensi munculnya swing voter di kalangan pemilih Golkar. “Ini bisa menurunkan elektabilitas Golkar, khususnya dalam dukungan mereka terhadap Appi,” jelas Ali.
Dukungan Relawan Golkar ini, kata Ali, akan memperkuat barisan pendukung Sehati. Apalagi Golkar dikenal memiliki basis yang loyal dan memiliki pemilih 40 tahun ke atas yang selama ini belum terjangkau oleh Seto-Rezki. “Orang yang pindah ini bukan membawa dirinya tapi membawa basis, tentu ini akan memberikan dampak elektoral ke Seto-Rezki,” pungkas Ali. (*)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News
Komentar